SANGALLA TANA TORAJA

Sangalla adalah salah satu tempat wisata di Tana Toraja. Wisata yang disajikan disangalla adalah air terjun, suaya, makula.

  1. Suaya 
Di suaya kita dapat menemukan kuburan raja-raja di daerah sangalla'. Kuburan ini berada di satu sisi dinding bukit cadas yang dipahat dan dibentuk kantung-kantung. Patung-patung (tau-tau) para raja dan keluarga raja diberi pakaian seperti pakaian saat mereka hidup dulu. Lokasi situs pemakaman gua suaya terletak 23 kilometer di sebelah selatan kota Rantepao atau 10 kilometer sebelah barat kota Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesiakita harus menempuh perjalanan sekitar 45 menit dari kota Makale. Gua-gua itu terletak cukup tinggi dari permukaan tanah. Sebagai tempat bersemayamnya raja, masyarakat sekitar telah menjadikannya tempat ziarah rutin. Sebagaimana tradisi mereka yang sangat menghormati orang-orang besar dan para leluhur. Tersedia tangga batu yang memudahkan wisatawan untuk melihat-lihat ke dalamnya. Warga sekitar menyebutkan, tangga batu itu sudah ada sejak raja-raja itu masih hidup. Digunakan oleh para raja Sangalla untuk menyendiri dan melakukan semacam pertapaan. Banyak peninggalan para raja, termasuk pusaka-pusaka.

2. Kuburan Tampang Allo 
Kuburan tampang Allo adalah salah satu kuburan yang disediakan untuk jasad para bangsawan yang beragama Islam. Di tempat ini terdapat banyak makam gantung, peti mati, tengkorak dan tulang belulang yang berserakan Kuburan Tampang Allo ini memiliki cerita yang membuatnya unik adalah kisah “sehidup semati, satu kubur kita berdua” dari Sang penguasa Sangalla dan istrinya. Dalam sejarahnya diceritakan bahwa dahulu, sekitar abad ke-16, penguasa Sangalla’ (Sang Puang Manturino) bersama istrinya (Rangga Bulan) memilih Gua Tampang Allo sebagai tempat pemakamannya kelak jika mereka meninggal dunia. Namun, Rangga Bulan meninggal lebih dahulu dan jenazahnya dimasukkan dalam erong serta diletakkan dalam gua Tampang Allo. Dan ketika Sang Puang Manturino meninggal, erong tempat jenazahnya justru ditempatkan di pemakaman Losso, yang letaknya tidak jauh dari Tampang Allo. Singkat cerita, jenazah Sang Puang ternyata menghilang dari erongnya dan saat ditemukan, jenazahnya telah bersatu dengan jenazah istrinya di Tampang Allo. Demikianlah bagaimana kisah ini akhirnya mengilhami masyarakat setempat yang menyepakati bahwa Gua Tampang Allo adalah perwujudan perjanjian dan sumpah suami istri.